Desa di Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, masih memegang teguh tradisi turun-temurun untuk tinggal di rumah besar atau rumah betang.
Berlatar belakang Gunung Rentap, rumah betang Ensaid Panjang berdiri kokoh. Merupakan lokasi dimana para penduduk setempat menenun pakaian khas adat Dayak. Penghuni rumah betang Ensaid Panjang memiliki berbagai tradisi dan budaya dalam kehidupan mereka. Kehidupan sehari-hari di rumah betang Panjang diwarnai dengan persaudaraan yang sangat kuat. persaudaraan yang sangat kuat. Masyarakat desa hidup rukun dan bersatu dalam hal kecil maupun besar. hal kecil maupun hal besar. Saat bertani, di setiap kegiatan dilakukan dengan gotong royong atau biasa disebut beduruk.
Menurut salah penenun bernama Dara Cega mengatakan bahwa mereka menenun sudah turun temurun dari nenek moyang tanpa diajarkan di sekolah. Hal ini membuktikan suku Dayak desa Ensaid Panjang teguh dalam mempertahankan tradisi mereka melalui salah satu tenunan ini.
Adapaun harga atau corak pakaian ini bermacam – macam, mulai dari harga lima puluh ribu hingga jutaan. Namun jika dikaji lebih mendalam ditemukan banyak permasalahan dalam proses penyelesaian tenunan ini. Permasalahan muncul ketika penulis mengunjungi lokasi langsung, menemukan sulitnya akses menuju kesana karena jalan yang rusak dan tidak adanya tanda lokasi. Perhatian ini mungkin disebabkan prioritas tertentu terhadap pengembangan pariwisata di desa Ensaid Panjang. Padahal salah seorang penenun mengatakan bahwa mata pencarian mereka jauh lebih baik dari tenunan tersebut jika mampu menjual secara berkala.
Pengrajin kain tenun di Ensaid Panjang saat ini jarang menerima pesanan. Pesanan jarang karena komunitas setempat atau desa Ensaid tersebut belum menemukan metode yang tepat dalam penerapan proses promosi pakaian adat mereka. Proses ini sulit karena minimnya sumber daya manusia yang mampu melakukan manajamen dengan baik. Manajemen yang lebih aktual saat ini yaitu manajemen digitalisasi.
Ketika berbicara proses pengerjaan kain, sangat rumit menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu belum lagi tambahan warna-warna kain tenun yang dihasilkan juga bervariasi mulai dari warna hitam, merah dan kuning dengan menggunakan pewarna alami seperti merah dari buah mengkudu, warna kuning dari kunyit dan warna lain yang diambil dari marak dan daun tarum ( Seran, E. Y., & Mardawani, M. (2020).
Maka sudah pantas dan layak pemerintah setempat melihat dan meneliti kembali Desa Ensaid Panjang sebagai salah satu tujuan wisata berpotensi dimasa depan. Potensi ini diperkuat juga dengan lokasi – lokasi wisata disekitarnya yang menjadikannya layak untuk dikembangkan.
Penulis : Pernandus Simanullang, S.S, M.Sn, FM
simanullangpernandus@gmail.com
Referensi,
Seran, E. Y., & Mardawani, M. (2020). Kearifan Lokal Rumah Betang Suku Dayak Desa Dalam Perspektif Nilai Filosofi Hidup (Studi Etnografi: Suku Dayak Desa, Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai). JURNAL PEKAN: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5(1), 28-41.