banner

OPINI : Kepentingan Sekelompok vs Kepentingan Holistik ?

Rabu, 13 November 2024 05:40 WIB | Oleh: Admin | Dilihat: 13

Dalam kehidupan, manusia memiliki kepentingan masing – masing. Kepentingan ini merupakan bagian dari kebebasan seseorang dalam menjalankan kehidupan. Menjalankan kehidupan mulai dari keluarga hingga saudara di sekitar. Setiap individu memiliki hak dan kebebasan dalam berbicara, beragama, dan hak atas kehidupan pribadi. Di Indonesia setiap manusia memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan. Hak dan kebebasan ini telah diatur dalam UUD 1945. Kebebasan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi. Negara berkewajiban untuk memenuhi dan melindungi hak ini. Seperti tertuang pada Pasal 28 UUD 1945 berbunyi, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”

Sumber : https://unsplash.com/collections/1065976/wallpapers

Namun, jika berbicara lebih mendalam dengan kepentingan, terkhusus bagi warga negara Indonesia merupakan suatu issue yang harus ditelusuri lebih mendalam. Indonesia menganut enam agama yang diakui, yaitu ; Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu. Setiap individu bebas menjalankan agama sesuai kepercayaannya masing – masing.

Jika kembali membicarakan “prioritas” sebagai seorang warga negara Indonesia tentu kembali kepada hati Nurani masing – masing. Seperti contoh yang telah ada dan telah terjadi, dalam pemilihan umum baik kepala daerah maupun presiden, masih ada beberapa warga negara Indonesia yang golput ( tidak memilih ), mengapa ? berbagai alasanpun ada dalam pemikiran, ada yang berpendapat dan mengatakan bahwa “ untuk apa saya memilih kepala daerah atau presiden, toh saya makan dari hasil keringat saya kok, saya makan dari hasil panen saya kok, etc”. Opini ini tentu dihormati oleh pemerintah karena hak dan kebebasan tadi. Namun jika kembali ke dasar , dimana tertuang bahwa setiap warga negara Indonesia, lahir, dibesarkan di Indonesia merupakan berkewarganegaraan Indonesia sudah layak dan pantas ikut berpartisipasi dalam kepentingan bangsa. Kepentingan bangsa merupakan awal dari dimulainya kepentingan yang lain.

Mgr. Soegijapranata, uskup pribumi pertama Indonesia, memproklamirkan “100% Katolik, 100% Indonesia”. Artinya apa? Menurut penulis jelas bahwa setiap warga negara Indonesia wajib mementingkan kepentingan bangsa sekaligus melekat dalam diri mereka identitas agamanya. Saya sebagai penulis berpendapat bahwa kepentingan bangsa adalah prioritas utama dari kepentingan agama saya. Karena saya adalah warga negara Indonesia terlahir di Indonesia, dan beragama katolik sejak dibaptis di gereja katolik. Artinya, bumi pertiwi saya adalah Indonesia bukan katolik. Katolik adalah jalan iman saya yang saya yakini dapat membawa lebih baik bagi kehidupan moral saya, kehidupan setelah kematian, dan untuk mengasihi sesama selama saya berpijak di bumi pertiwi Indonesia.

Jika penulis ditanya, mana yang kamu pilih ? agama atau Negara Indonesia? Maka saya akan mengacu pada jawaban Mgr. Soegijapranata, bagi saya merupakan jawaban yang sangat bijaksana. 100% Katolik dan 100% Indonesia. Sama – sama 100%, hanya saja mana yang harus didahulukan. Bagi saya kepentingan holistik adalah yang utama dan paling utama,  artinya kepentingan bangsa adalah prioritas bagi saya. Dengan mementingkan kepentingan bangsa maka sejalan dengan kepentingan agama saya. Bangsa atau Negara ialah semua warga negara Indonesia, sedangkan agama saya hanya warga negara Indonesia yang beragama katolik.

Jika saya hanya beragama Katolik tetapi tidak memiliki kewarganegaraan maka saya tentu tidak dapat menjalankan kehidupan saya di Indonesia, seperti sekolah, memiliki KTP, SIM, bepergian keluar kota atau luar negeri. Saya dapat saja beragama katolik, tapi tinggal di lokasi yang tidak memiliki negara, maka hal ini tidak mungkin karena interaksi saya adalah kepada sesama yang beragam dengan saya. Interaksi agama saya adalah kepada sesama agama tapi paling prioritas terhadap keberagaman ( kesatuan ).

Yesus dalam kitab suci Injil mengatakan bahwa kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, bukan hanya mengasihi sekelompok golongan, ras atau agama saja. Mengasihi sesama manusia artinya mengasihi semua artinya mengasihi semua orang yang ada di jagad raya ini, mengasihi warga negara Indonesia, mengasihi utama dan paling utama terhadap kebersamaan, mengasihi kepentingan yang paling luas, paling majemuk, paling beragam, bukan hanya golongan tertentu.

Pendekatan mengasihi ini berangkat dari mengasihi sesama dari hal kecil, mengasihi sesama yang ada disekitar kita, artinya partial ke holistik. Namun dalam hal prioritas holistik ke partial.

Mengasihi Orang Lain Dimulai dari yang Kecil (partial)

Secara pribadi, gagasan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Pendekatan ini mencerminkan prinsip empati dan perhatian terhadap kebutuhan individu di sekitar seperti keluarga, teman, tetangga, atau komunitas terdekat. Dalam kehidupan sehari-hari, sering merasa lebih mudah untuk menunjukkan kasih kepada orang-orang terdekat karena ada ikatan emosional dan sosial yang lebih langsung. Hal ini juga lebih mudah dilakukan dalam praktiknya, membantu teman yang kesusahan, mendukung orang tua atau anak-anak, atau bahkan menunjukkan kebaikan kepada orang asing yang ditemui.

Hal kecil ini juga mengajarkan tentang kemanusiaan yang paling dalam. Ketika fokus pada kesejahteraan orang-orang di sekitar, tidak hanya menunjukkan cinta kasih kepada mereka, tetapi juga melatih diri untuk lebih peka terhadap penderitaan orang lain, yang mungkin tidak disadari dalam kesibukan. Mengasihi dengan cara kecil ini adalah dasar untuk membangun empati yang lebih besar, yang pada gilirannya mengarah pada kesadaran sosial yang lebih besar.

Bergerak dari Parsial ke Holistik

Namun, ketika berbicara tentang memprioritaskan dari pendekatan holistik ke pendekatan parsial, hal ini mengarah pada konsep yang lebih luas tentang bagaimana dapat mengambil pengalaman dan pelajaran dari interaksi kecil dan kemudian menerapkannya dalam konteks yang lebih besar – baik dalam skala sosial, negara, atau bahkan skala global.

Kedekatan dengan “hal-hal kecil” mengajarkan tentang keadilan dan kasih yang lebih besar. Sebagai contoh, jika dapat menunjukkan kasih kepada satu orang yang kurang beruntung atau dalam kesusahan, maka, akan mulai memahami ketidaksetaraan atau ketidakadilan yang lebih luas dalam masyarakat. Dari pengalaman pribadi, dapat mulai berpikir tentang bagaimana kebijakan sosial atau ekonomi yang lebih luas dapat menciptakan peluang yang lebih adil bagi mereka yang kurang beruntung.

Pergeseran dari “parsial” ke “holistik” melibatkan kesadaran bahwa dunia ini saling berhubungan. Masalah yang dialami oleh individu atau kelompok tertentu sering tidak dapat dipisahkan dari masalah yang lebih besar di masyarakat atau dunia secara keseluruhan. Oleh karena itu, mengasihi orang lain dalam skala yang lebih besar (holistik) berarti bahwa tidak hanya peduli dengan kesejahteraan individu, tetapi juga berusaha untuk menciptakan sistem dan struktur sosial yang memungkinkan lebih banyak orang untuk merasakan kasih dan keadilan yang sama.

Mengasihi dengan cara yang kecil, seperti seseorang yang memberikan makanan kepada tetangga yang membutuhkan atau membantu teman yang sedang kesusahan.

Mengasihi secara holistik, seperti seseorang dapat menjadi lebih sadar akan masalah kemiskinan, akses yang tidak setara terhadap pendidikan atau perawatan kesehatan, dan kemudian berusaha untuk terlibat dalam kebijakan yang lebih besar atau upaya perubahan sosial untuk mengatasi masalah-masalah ini secara sistemik.

 

Penulis : Pernandus Simanullang, S.S, M.Sn, FM

Array

Rekomendasi

Berita Terbaru

,

STRATEGIC DIPLOMACY OF INDONESIA IN PACIFIC: COOPERATION BETWEEN THE INDONESIAN NATIONAL ARMY (TNI AD) AND THE REPUBLIC OF FIJI MILITARY FORCES IN FIJI

Indonesia’s strategic diplomacy positions is about to improve regional security, peace, and advance education and…

, ,

KAPAL RUMAH SAKIT – 991 MENJADI TUAN RUMAH PENYELENGGARAAN ACARA BAKTI SOSIAL ( COCKTAIL’S PARTY ) DI PORT SUVA_FIJI

Sebanyak 100 orang, termasuk diplomat, diaspora Indonesia di Fiji, pejabat sipil dan militer, dan anggota…

, , , , ,

Village Tours and Storytelling : Silana Tourism Village in Viti Levu 28 – 30 September 2024

Tur Desa Wisata Silani adalah pengalaman yang mendalam di mana pengunjung dapat menjelajahi desa pedesaan…

, , , ,

Bersatu Dalam Kebebasan Dari Jiwa Sebuah Bangsa “Nusantara Baru Indonesia Maju” HUT RI -79

Proklamasi….!!! Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan…

, , , , ,

“Fiji Diperkenalkan: Wisata Perjalanan Melalui Keindahan dan Budaya”?

BULA ( Halo )!!! adalah ungkapan yang luar biasa dari sambutan yang ramah.  Dengan senyuman…